Daripengalaman sih biasanya Barramudi yang besar bisa terpancing pada waktu 7 hari sebelum bulan purnama atau tujuh hari sesudah bulan purnama. Itulah Bulan Musim Ikan Kakap Putih yang bisa menjadi patokan, jadi bulan disini bukan bulan januari, februari, maret, dan seterusnya ya Jadi keadaan bulan yang perlu anda perhatikan Catatan : Home » Tips Mancing » Karakteristik Dan Keunikan Ikan Kakap Putih Barramundi Yang Perlu Angler Ketahui Halo sobat Aliems' Journey, ulasan kali ini akan merangkum segala hal yang berkaitan dengan Ikan Kakap Putih. Penulis ambil dari berbagai sumber sebagai referensi bagi sobat semua untuk lebih mengenal terutama berbagai keunikan dari ikan kakap putih ini. Ikan kakap putih biasa disebut dengan julukan barramundi adalah spesies ikan yang mendominasi banyak sungai tropis. Lezatnya rasa daging ikan ini ketika di konsumsi dan betapa sulit serta menegangkannya ikan ini ketika ditangkap menjadikan barramundi sebagai ikan target utama dari banyak anglers di Asia Tenggara dan Australia. Sebagai predator air dangkal, ikan kakap putih bisa hidup di air laut lalu bersama kelompoknya bermigrasi ke air tawar. Barramundi juga memiliki keunikan ketika mencapai ukuran dan umur tertentu ketika ikan ini bisa berganti jenis kelamin. Secara internasional, barramundi juga dikenal sebagai Ikan Bass Asia atau Australian Sea Bass. Kata Barramundi sendiri diyakini berasal dari bahasa Aborigin yang berarti Ikan Besar. Perlu sobat Aliems' Journey ketahui, ikan ini merupakan ikan endemik yang hanya berada di sebagian perairan Asia Tenggara dan Australia. Pada tahun 1980-an, ikan barramundi mulai dikenal luas seiring dengan meningkatnya penjualan ikan ini untuk tujuan konsumsi. Ikan Barramundi Bersifat Rakus, Tidak Pilh-pilih Makanan Sifat pertama dari ikan barramundi yang perlu sobat Aliems' Jouney ketahui bahwa barramundi adalah predator oportunistik. Oportunisme adalah tindakan yang dipandu terutama oleh motivasi mementingkan diri sendiri. Karena kerakusannya demi mempertahankan kelompok dan dirinya sendiri, ikan barramundi bisa memakan hewan apa saja yang dia temui di dalam air. Hewan yang secara umum menjadi mangsa dari ikan kakap putih adalah serangga, laba-laba, udang, ikan jenis lainnya dan bahkan buaya berukuran kecil! Barramundi bisa mengkonsumsi mangsa yang berukuran hingga 60 persen dari panjangnya sendiri. Fantastis! loading... Pola Makan dan Ukuran Mangsa Sangat Ditentukan Oleh Ukuran Ikan Kakap Putih. Pola makan ikan kakap putih dengan ukuran besar terdiri dari 60 persen ikan lain dan 40 persen krustasea kelompok udang. Sementara ikan barramundi kecil kebanyakan makan udang kecil. Saat suhu air dingin selama musim kemarau, barramundi menjadi kurang aktif dan makan lebih jarang. Akan tetapi pada saat peralihan dari musim kemarau ke musim hujan, suhu air bisa sampai 10 ° C lebih tinggi daripada selama musim kemarau. Pada saat inilah biasanya aktivitas ikan barramundi untuk mencari mangsa akan lebih meningkat. Jadi, jika sobat Aliems' Journey mencari waktu terbaik untuk memancing ikan kakap putih atau barramundi, peralihan antara musim kemarau ke musim hujan adalah watu di mana serangan barramundi akan lebih intens. Sedangkan untuk mendapatkan ikan target dengan ukuran besar babon, gunakan umpan berupa ikan hidup biasanya menggunakan ikan belanak, atau menggunakan umpan tiruan lures. Baca Juga Tips Mancing Ikan Kakap Putih Barramundi Agar Hasilnya Maksimal Ikan Barramundi Mengalami Pergantian Jenis Kelamin Sifat unik dari ikan barramundi lainnya yang mungkin sebagian besar dari sobat Aliems' Journey belum ketahui adalah hermafrodit protandis. Arti dari hermafrodit protandis adalah bisa mengubah jenis kelamin dari yang sebelumnya bejenis jantan menjadi betina. Ikan barramundi mencapai tingkat dewasa untuk pertama kali sebagai ikan jantan fungsional dan kemudian menjalani perubahan jenis kelamin untuk menjadi betina. Studi dan penelitian di Australia menunjukkan ada hubungan antara ukuran dan jenis kelamin. Kebanyakan Ikan Barramundi dewasa sebagai jantan biasanya berukuran sekitar 50 hingga 60 sentimeter dan mulai mengubah jenis kelamin menjadi betina setelah berukuran sekitar 80 sentimeter, dengan syarat Ikan Barramundi tersebut hanya jika mereka hidup di perairan laut tidak bermigrasi ke arah muara atau sungai payau. Diyakini bahwa air asin memicu kematangan seksual pada barramundi jantan dan bahwa berdasarkan pengamatan, pejantan ini perlu menelurkan setidaknya sekali sebelum akhirnya berubah menjadi betina. Sangat unik bukan, guys? Siklus Hidup Ikan Barramundi Cukup Kompleks Barramundi memiliki siklus hidup yang kompleks yang mencakup fase air tawar, estuarine muara payau dan laut. Umumnya, di musim hujan, barramundi dewasa yang matang secara seksual bermigrasi dari air tawar ke muara pesisir dibantu oleh banjir besar yang terjadi di muara sungai. Di Australia, antara bulan September dan Maret di dataran berlumpur dangkal di daerah muara, ikan memiliki suhu dan kondisi salinitas yang paling menguntungkan untuk pemijahan. Pemijahan cenderung terjadi pada malam hari di sekitar waktu pasang kendur dan kemungkinan besar proses pemijahan ini dipengaruhi oleh dengan siklus bulan. Malam setelah bulan penuh full moon dan bulan baru new moon adalah periode aktivitas pemijahan terbesar ikan barramundi. Baca Juga Spot Mancing Ikan Kakap Putih Di Patimban Subang Larva Ikan Barramundi yang baru menetas menetap di habitat pasang surut atau rawa-rawa pesisir, yang pada umumnya dijadikan sebagai area pembibitan untuk individu hingga usia satu tahun. Barramundi remaja ini biasanya berkembang di laguna mangrove dan dataran banjir selama tahun pertama mereka, dan kemudian pindah ke laut pantai dangkal sebelum bermigrasi kembali ke sungai dan aliran air tawar. Di sini mereka tetap untuk tiga sampai empat tahun berikutnya saat berkembang menjadi dewasa. Sementara itu jika perairan laut habitat barramundi tersebut tidak memiliki akses ke air tawar, mereka akan tetap berada di daerah pesisir dan muara. Siklus Hidup Ikan Barramundi Kelangsungan hidup larva larva dan juvenil ikan muda sangat bervariasi dari tahun ke tahun. Meskipun produksi jutaan telur, seperti banyak spesies ikan lainnya, lebih dari 90 persen mati dalam beberapa minggu atau bulan pertama. Tingkat kematian bahkan lebih tinggi pada tahun-tahun dengan curah hujan rendah, suhu air yang lebih dingin, atau ketika mengalami kelangkaan makanan. Berikut siklus hidup ikan kakap putih barramundi yang perlu sobat Aliems' Jouney ketahui Barramundi menjadi dewasa secara seksual sebagai jantan berusia sekitar tiga hingga empat tahun. Jantan berubah menjadi betina dari sekitar lima atau enam tahun ke depan, tetapi membutuhkan air asin untuk perubahan jenis kelamin ini. Ikan barramundi pada umumnya bisa hidup sampai setidaknya 20 tahun. Pada awal musim hujan Oktober, barramundi dewasa yang aktif secara seksual bermigrasi dari sungai air tawar ke muara pantai untuk bertelur, melepaskan telur dan sperma ke dalam air. Seekor betina besar dapat menghasilkan hingga 32 juta telur selama musim pemijahan. Hanya 24 jam setelah pembuahan, ikan barramundi hampir siap menetas dari telur. Setelah menetas, larva barramundi belum sepenuhnya berkembang. Mata dan mulut tertutup dan larva harus bergantung pada pasokan nutrisi internal dari kantung kuning telur. Gelombang tinggi dan musim hujan banjir membawa telur dan larva ke habitat bakau dan lahan basah. Pada hari dua atau tiga kehidupan, mata dan mulut terbuka dan larva mulai mencari makanan. Organisme hidup pertama yang dimakan larva adalah plankton kecil. Pada akhir musim hujan April, dataran banjir mulai mengering dan sebagian besari ikan barramundi remaja bermigrasi ke hulu ke air tawar. Beberapa tetap di habitat estuari muara Setelah satu tahun, ikan barramundi telah mencapai ukuran antara 30 hingga 40 sentimeter dan merupakan predator oportunistik yang sangat rakus. Ikan Barramundi Merupakan Ikan Penghuni Perairan Hangat Barramundi menghuni berbagai habitat di perairan pesisir, muara dan laguna dalam air yang jernih hingga kedalaman 40 meter. Paling sering, mereka ditemukan di sungai dan anak sungai yang lebar dengan aliran air yang lambat tetapi memiliki aliran air yang kontinyu atau terus menerus. Kakap Putih lebih menyukai suhu air di atas 20 ° celcius dan pada umumnya akan berlindung di sekitar reruntuhan bangunan di dalam air rumpon, kayu gelondongan yang terendam dan vegetasi yang menjorok pohon-pohon yang menjorok ke arah air. Ciri Khas Morfologi Ikan Barramundi Bentuk khas barramundi dapat mudah dikenali dari bentuk kepalanya yang runcing, dahi cekung, rahang besar membentang di belakang mata dan sirip ekor bulat. Ikan barramundi memiliki sirip punggung dengan tujuh atau delapan duri yang kuat dan sirip dorsal kedua berjumlah sepuluh atau sebelas. Ada perbedaan yang jelas antara barramundi yang diambil dari air asin dan yang diambil dari air tawar. Spesimen barramundi yang diambil dari air asin berwarna kebiru-biruan atau abu-abu kehijauan pada tubuh bagian atas, perak pada tubuh bagian bawah, memiliki sirip kekuningan dan bentuk tubuh umum memanjang. Ciri Khas Garis Putih Pada Juvenil Ikan Barramundi Sementara barramundi air tawar payau pada umumnya memiliki tubuh bagian atas yang lebih gelap, bagian bawah tubuh yang berwarna keemasan, sirip gelap, lingkar dalam dan ekor tebal. Tubuh mengandung timbunan lemak yang besar, terutama barramundi yang tinggal di laguna air yang terperangkap pada suatu tempat karena terhalang oleh pasir atau batu karang. Daging ikan barramundi yang ditangkap dari air tawar payau ini sering memiliki rasa berlumpur atau saat dimasak. Ikan barramundi remaja memiliki struktur dan bentuk seperti layaknya ikan dewasa. Satu-satunya karakteristik yang membedakan ikan remaja dengan ikan dewasa pada barramundi, selain ukuran, adalah adanya garis kepala dorsal putih pada ikan antara satu dan lima sentimeter panjangnya. Jadi, sobat Aliems' Joueney bisa langsung mengetahui jika ikan tersebut masih berusia remaja dengan mengamati ada tau tidaknya garis kepala yang memanjang. Barramundi Merupakan Ikan Tangkapan Yang Memiliki Nilai Komersial Penting Barramundi telah mendapatkan reputasi sebagai salah satu ikan konsumsi terbaik di Australia. Sementara di Indonesia, barramundi adalah ikan target favorit yang diburu oleh anglers di sektiar pesisir, laut dalam, hutan mangrove, muara dan sungai-sungai besar yang berhubungan dengan laut. Para anglers sangat menantikan datangnya strike dan pertarungan yang sengit untuk menaklukkan ikan yang memiliki nama latin Lates calcarifer ini. Kebiasaan barramundi yang melompat ke udara ketika mencoba melepaskan diri dari jeratan kail menjadi salah satu sensasi luar biasa yang sangat ditunggu oleh para anglers. Baca Juga Spot Mancing Ikan Kakap Putih Di Dam Bungko Kabupaten Cirebon Selain sesasi saat memancing, daging ikan barramundi yang lezat merupakan daya tarik tersendiri untuk dikonsumsi bersama keluarga. Siapapun tidak akan menyangkal bahwa gulai kepala kakap putih yang disajikan di restoran Padang sangat lezat untuk dinikmati. Beberapa anglers juga sengaja mencari ikan barramundi untuk dijual ke pengepul atau ke tempat pelelangan ikan. Harga per 100 gram daging ikan kakap putih dihargai atau Rp. jika dijual per kilogram. Budidaya Ikan Kakap Putih Di Indonesia Seiring dengan banyaknya penelitian mengenai cara reproduksi dari Ikan Kakap Putih di Indonesia. Beberapa pengusaha pertambakan sukses membudidayakan ikan ini untuk tujuan konsumsi baik menggunakan media keramba maupun media seperti bak atau kolam fiber. Pemerintah melalui Kementrian Kelautan dan Perikanan mendukung dan membantu memfasilitasi para pengusaha budidaya Ikan Kakap Putih. Tahun 2017 yang lalu target produksi daging Ikan Kakap Putih ini mencapai ton per tahun. Dengan potensi yang sangat menjanjikan ke depan, siapa tahu ada di antara Aliems' Journey yang tertarik untuk menggeluti budidaya ikan kakap putih. Referensi mengenai budidaya Ikan Kakap Putih juga sudah cukup banyak dan dengan bantuan dari pemerintah, anda bisa sukses menjadi salah satu pengusaha yang bergerak di bidang budidaya ikan barramundi. Tempat Budidaya Ikan Kakap Putih Nah guys, demikian ulasan mengenai karakteristik dan keunikan ikan kakap putih barramundi yang perlu ketahui oleh angler Semakin anda mengenal karakteristiknya, anda bisa menentukan kapan waktu yang tepat untuk memancing ikan kakap putih, umpan jitu apa yang bisa sobat gunakan untuk memancing ikan kakap putih, teknik memancing ikan kakap putih serta peluang usaha dari budidaya ikan kakap putih. aliemsurya
BulanMusim Ikan Kakap Putih / Karakteristik Dan Keunikan Ikan Kakap Putih Barramundi Yang Perlu Angler Ketahui Aliems Journey - Nah setelah anda kuasai ilmu serta umpan yang paling tepat,maka langkah selanjutnya menentukan jam waktu mancing ikan kakap di catatan beberapa sumber termasuk primbon jawa,ada hari buruk dan hari baik untuk mancing ikan di laut.
Ikan kakap putih atau dalam bahasa ilmiahnya Lates calcalifer merupakan komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi yang cukup laris di pangsa pasar. Dalam perdagangan internasional dikenal dengan nama giant seaperch, white seabass, seabass atau barramundi. Permintaan ikan kakap putih cukup tinggi karena ikan ini memiliki daging yang tebal dan putih, sedikit tulang serta enak dan gurih sehingga ikan ini cukup diminati oleh konsumen. Ikan kakap ini disebut kakap putih karena warna tubuhnya berwarna putih keperakan yang mendominasi terutama pada bagian perutnya. Kakap putih memiliki bentuk memanjang agak pipih yang memiliki ukuran panjang yang dapat mencapai 170 cm dan berat lebih dari 50 kg. Penyebaran ikan kakap putih Kakap putih merupakan organisme laut yang dapat hidup di air tawar yang ditemukan di berbagai habitat perairan yang bersubstrat lumpur ataupun pasir. Ikan ini memiliki wilayah penyebaran yang sangat luas. Penyebaran ikan ini yaitu mulai dari Lautan Teduh dan Samudera Hindia yang meliputi perairan sekitar Australia, Papua Nugini, Filipina. Cina, Vietnam, Thailand, Indonesia, India dan sekitar Laut Merah. Distribusi ikan kakap putih terdapat di seluruh wilayah pesisir Indonesia, wilayah Pasifik Barat dari tepi timur Teluk Persia ke China ,Taiwan selatan, Jepang selatan, ke Papua Nugini , dan Australia bagian utara, di barat Australia , dan dapat ditemukan di sungai serta di sepanjang pantai dari Teluk Exmouth ke Wilayah perbatasan Utara. Ikan kakap putih merupakan jenis ikan euryhaline, yaitu organisme yang dapat beradaptasi dengan kadar salinitas dan ikan ini juga termasuk ampidromus air tawar yaitu organisme asli dari laut yang bermigrasi dari air laut ke air tawar hanya untuk mencari makanan demi menunjang kakap putih dikenal sebagai predator yang memangsa ikan kecil, udang, cumi ataupun organisme air lainnya. Buidadaya ikan kakap putih Ikan kakap putih akan memijah di laut yang dalam setelah mujim hujan sekitar bulan April sampai sebelum musim hujan sekitar bulan Oktober. Pemijahan kakap putih di alam terjadi saat bulan purnama bulan terang hingga 6 hari berikutnya, ketika air mulai surut yaitu pada pukul malam hari. Kemudian benih kakap yang berumur sekitar 3 bulan akan menyebar di perairan pantai, payau kawasan mangrove sampai ke badan sungai air tawar untuk mencari makanan. Permintaan terhadap kakap putih yang laris pada pangsa pasar maka mengakibatkan peningkatan jumlah penangkapan yang hampir over-fishing. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya over-fishing yang dapat mengancam kehidupan ikan kakap putih di alam, maka sistem budidaya merupakan solusi yang terbaik. Sehingga saat ini, produksi kakap putih terbesar yaitu produksi hasil panen dari usaha budidaya kakap putih tersebut. Walaupun sektor penangkapan juga masih menyumbang total produksi kakap putih di Indonesia, namun tidak sebesar jumlah yang disumbangkan oleh sektor budidaya. Ikan kakap putih Indonesia Produksi kakap putih di Indonesia masih 8000 ribu ton yang terus ditingkatkan oleh KKP dengan program pemberian benih unggul kakap putih untuk meningkatkan usaha budidaya kakap putih di Indonesia. Namun produksi kakap putih pada tahun 2016 tidak sampai 2 ribu ton, padahal potensi yang dimiliki Indonesia berada di kisaran juta ton. Sehingga pada tahun 2017 ini, KKP Indonesia melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya mencanangkan program budidaya Keramba Jaring Apung KJA lepas pantai sebagai upaya mengoptimalkan potensi lahan budidaya perikanan yang ada di Indonesia. KKP akan melakukan modernisasi teknologi pada pada budidaya laut lepas pantai atau lebih dikenal dengan KJA offshore yang mengadaptasi teknologi yang selama ini diterapkan oleh Norwegia. Ikan yang digunakan dalam program tersebut adalah ikan kakap putih karena ikan ini mudah dibudidayakan dan memiliki pangsa pasar ekspor yang lebih luas. Pasaran ekspor kakap putih dalam bentuk segar atau pun beku terbuka untuk USA, Uni Eropa, Australia, dan Asia.
IkanBulan-bulan, Merjung, Lencam Atau Spotcheek Emperor (Lethrinus rubrioperculatus); Morfologi, Habitat, Ciri-Ciri, Klasifikasi. Masuk kedalam famili Lethrinidae, hidup di Terumbu karang, kedalaman 8-40 m; pipi polos, 9 jari sirip punggung, 8 jari sirip dubur, ujung sirip dada polos, 4½ sisik antara gurat sisi dan duri punggung, tubuh relatif ramping, coklat kehijauan dengan bercak gelap
80 HASIL TANGKAPAN IKAN KAKAP PUTIH Latescalcarifer PADA UKURAN MATA JARING INSANG YANG BERBEDA DI PERAIRAN PESISIR KOTA SURABAYA THE CATCH OF BARAMUNDI latescalcarifer FISH IN THE DIFFERENT MASH SIZE OF GILL NET IN THE COASTAL WATERS ON THE CITY OF SURABAYA Ahmad Rifqi Abdillah, Hari Subagio, Nurul Rosana JurusanPerikanan, FakultasTeknikdanIlmukelautan Universitas Hang Tuah Surabaya Jl. Arief Rahman Hakim 150, Surabaya 60111 Telp 031-5945864 Email 2. *Penulis Koresponden ABSTRAK Nelayan pesisir Kota Surabaya menggunakan alat tangkap jaring insang dasar bottom gillnet dalam menangkap ikan kakap putih. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh ukuran mata jaring yang berbeda pada jaring insang dasar. Penelitian ini di lakukan bulan Maret hingga Mei 2019 di perairan pesisir kota Surabaya dengan metode observasi untuk mengetahui hasil tangkapan ikan kakap putih Lates calcarifer dan pengaruh ukuran mata jaring yang berbeda. Pengambilan data dilakukan 15 kali sebagai ulangan dan 2 perlakuan berupa ukuran mata jaring 6 inchi dan 7 inchi sehingga diperoleh 30 data. Hasil penelitian menunjukan hasil tangkapan utama ikan kakap Lates calcarifer sebanyak 65% dan hasil tangkapan sampingan sebanyak 35% diantaranya ikan laosan Eleutheronema Tetradactylum, rajungan Portanus pelagicus, dan dukang Hexanematichthys. Jumlah hasil tangkapan pada mata jaring 6 inchi lebih besar dari pada ukuran 7 inch. Namun berdasarkan anilisis uji t di simpulkan tidak ada pengaruh penggunaan ukuran mata jaring 6 inchi atau 7 inchi terhadap hasil tangkapan ikan kakap putih. Perbedaan jumlah hasil tangkapan ikan kakap putih di antara kedua ukuran mata jaring tersebut kemungkinan di sebabkan oleh beberapa factor lingkungan yakni arus, suhu, dansalinitas. Kata kunci Ukuran mata jaring, ikan kakap putih, jaring insang dasar. ABSTRACT Coastal fishermen in the city of Surabaya use bottom gillnet fishing gear to catch barramundi fish. This research aims to determine the effect of different mesh sizes on basic gill nets to determine the productivity of the catch of barramundi fish. This research was conducted in March to May 2019 in the coastal waters of the city of Surabaya with an observationData acquisition was performed 15 times as repetition and 2 treatments in the size of 6-inch and 7-inch nets until 30 data points were obtained. The catches in the research showed that the main catches of snapper Lates calcarifer were 65% and the by-catches were 35% including laosan Eleutheronema tetradactylum, crab Portanus pelagicus, and dukang Hexanematichthys. The amount of catch on the 6 inch net is greater than the 7 inch size. However, based on the t-test analysis, it was concluded that there was no effect on the number of catches using the size of a 6-inch or 7-inch mesh to the catch of barramundi fish. The difference in the number of catches of barramundi fish between the two mesh sizes is probably caused by several environmental factors, namely flow, temperature, and salinity. KeywordsMesh size, Barramundi , Bottom gillnet. 81 PENDAHULUAN Perkembangan teknologi penangkapan ikan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu perikanan, mencangkup pengetahuan alat tangkap dan hasil tangkapan. Pengetahuan tentang alat tangkap dan hasil tangapanya adalah faktor penting dalam memahami proses penangkapan, perkembangan rancangan alat penangkapan yang menuntut adanya keseimbangan dalam berbagai aspek Syofyanet dkk. 2010. Keadaan perikanan tangkap di pesisir Kota Surabaya memiliki hasil laut yang baik, sarana prasarana yang memadai dan mewakili alat tangkap yang digunakan oleh nelayan - nelayan di Surabaya. Secara sepintas dari aspek sosial ekonomi, kehidupan nelayan di pesisir Surabaya masuk dalam katagori menengah kebawah Pristayandana 2010. Masyarakat nelayan Surabaya memproduksi hasil laut yang kemudian dijual dalam bentuk ikan segar atau diolah menjadi bahan makanan seperti ikan kakap putih hasil tangkapan nelayan yang diolah sebagai kerupuk kulit ikan dan olahan lainya. Banyak masyarakat pesisir Kota Surabaya yang menggantungkan hidupnya dari hasil laut tersebut. Pada umumnya, nelayan pesisir kota Surabaya menggunakan alat tangkap gill net sebagai pengoprasian penangkapan ikan. Menurut Martasuganda 2002 jaring insang gillnet adalah jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring yang berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring yang berbeda. Salah satu alat tangkap yang digunakan oleh nelayan pesisir kota surabaya khusus untuk menangkap ikan kakap putih adalah jaring insang dasar bottom gillnet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran mata jaring terhadap hasil tangkapan ikan kakap putih Lates calcarifer di perairan pesisir kota Surabaya dan mengetahui hasil tangkapan sampingan dalam satuan ekor pada alat tangkap jaring insang dasar pada ukuran mata jaring 6 inchi dan 7 inchi. BAHAN DAN METODE Penelitian ini di laksanakan di perairan pesisir Kota Surabaya. Pengambilan data penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2019 hingga Mei 2019. Penelitian di laksanakan selama 3 bulan melalui beberapa tahap mulai tahap persiapan dan penyusun usulan penelitian, pengambilan data, pengolahan data, penulisan dan pelaporan hasil penelitian. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah GPS geogle map, Jaring insang dasar, alat tulis, rol meter dan mistar. Dalam penelitian ini ikan kakap putih Lates calcarifer sebagai obyek penelitian. Mencatat titik koordinat untuk menentukan lokasi saat penelitian dengan menggunakan GPS, setting dan houling, kamera sebagai monitoring atau dokumentasi data, roll meter mengukur panjang ikan dan mistar sebagai mengukur mata jaring,untuk mengetahui hasil tangkapan terbanyak ikan kakap putih Lates calcarifer dari ukuran mata jaring insang kakap yang berbeda di lakukan penelitian, dengan cara melakukan oprasional sebanyak 8 kali trip guna menentukan ulangan sebanyak 15 setting. Rancangan penelitian yang digunakan data dalam penelitian ini menggunakan Uji-T t-test independent yang terdiri dari 15 kali setting sebagai ulangan dan 2 Perlakuan berupa ukuran mata jaring yang berbeda, 6 inchi dan 7 inchi. Pengolahan data Menggunakan program SPSS versi HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tangkapan Ikan Kakap Putih Lates calcarifer Hasil tangkapan pada jaring insang di Pantai Timur Surabaya adalah Jenis ikan kakap putih Lates calcarifer yang merupakan target tangkapan utama. Adapun hasil tangkapan sampingan yaitu ikan sumbal atau laosan Eleutheronema tetradactylum, rajungan Portanus 82 pelagicus, dan ikan Dukang Hexanematichthys. Berikut ini hasil tangkapan panjang total ikan kakap putih pada bulan yang berbeda dapat di lihat pada gambar 1. Gambar 1. Hasil panjang total rata – rata cm ikan kakap putih Lates calcarifer pada bulan yang berbeda. Pada bulan Maret hasil tangkapan lebih panjang dibandingkan pada bulan April dan Mei karena pada bulan Maret keadaan musim penghujan sehingga ikan kakap putih yang tertangkap adalah induk kakap dalam keadaan memijah atau matang gonad. Pada bulan April dan Mei hasil tangkapan ikan kakap putih Lates calcarifer mengalami penurunan panjang ikan, karena pada bulan April dan mei sudah memasuki musim kemarau yang relatif ikan memasuki usia muda sehingga hasil yang di dapatkan mengalami penurunan panjang tubuh ikan. Gambar 2. Berat rata-rata kg Ikan Kakap Putih. Berat hasil tangkapan ikan kakap putih Lates calcarifer pada penelitian ini yang paling tinggi pada bulan Maret dengan nilai rata-rata sebesar 4,02 kg/ekor, dan berat ikan kakap pada bulan april nilai rata - rata 2,95 kg/ekor. Pada bulan Mei berat ikan kakap dengan nilai rata - rata sebesar 2,46 kg/ekor. Sehingga rata - rata berat ikan yang paling besar terletak pada bulan Maret. Hal tersebut karena ada faktor musim penghujan dimana ikan yang tertangkap mulai masa reproduksi atau matang gonad dengan ukuran ikan usia dewasa. Pada bulan April memasuki musim kemarau ikan yang tertangkap lebih kecil atau usia beranjak dewasa, sedangkan pada bulan Mei hasil tangkapan ikan kakap putih dengan berat lebih rendah dengan ukuran ikan usia anak - anak. Adapun hubungan panjang - berat ikan merupakan salah satu informasi pelengkap yang perlu diketahui dalam kaitan pengelolaan sumberdaya perikanan, misalnya dalam penentuan selektifitas alat tangkap agar ikan - ikan yang tertangkaphanya yang berukuran layak tangkap. Richter 2007 dan Blackweel 2000 mengatakan bahwa pengukuran panjang - beratikan bertujuan untuk mengetahui variasi berat dan panjang tertentu dari ikan secara individual atau kelompok - kelompok dan kondisi fisiologis termasuk perkembangan gonadnya. Berikut ini hasil berat rata - rata ikan kakap Lates calcarifer kg Pada bulan yang berbeda dapat di lihat pada gambar 2. Gambar 3. Hasil tangkapan utama dan tangkapan sampingan% ekor Hasil diagram kue di atas menunjukan bahwa hasil tangkapan dalam % ekor tangkapan utama adalah komponen dari stok ikan yang utama di cari dari operasi penangkapan. Hasil 83 tangkapan sampingan adalah ikan non target yang tertangkap dalam operasi penangkapan. Tertangkapnyaspesiesikan non target ini dapat disebabkan karena adanya tumpang tindih habitat antara ikan target dan non target serta kurang selektifnya alat tangkap yang digunakan Manalu 2003. Hasil tangkapan utama dan tangkapan sampingan % ekor dapat dilihat pada gambar 3. Gambar 4. Distribusi hasil tangkapan ikan kakap putih Lates calcarifer ekor pada ukuran mata jaring insang dasar 6 inchi. Jumlah total sebanyak 17 ekor ikan Kakap putih yang di dapatkan selama penelitian. Hasil tangkapan yang paling sedikit terdapat pada bulan maret karena curah hujan yang sangat tinggi dan gelombang besar, sehingga hasil tangkapan ikan kakap putih menurun. Menurut Reinnamah, 2010 Keberadaan ikan bersifat dinamis, selalu berubah/berpindah mengikuti pergerakan kondisi lingkungan yang secara alamiah ikan akan memilih habitat yang lebihsesuai. Sedangkan habitat tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi atau parameter oseanografi perairan seperti suhu permukaan laut, salinitas, konsentrasi klorofil laut, gelombang laut, cuaca dan sebagainya, yang berpengaruh pada dinamika atau pergerakan air laut baik secara horizontal maupun vertical. Distribusi hasil tangkapan ikan kakap putih Lates calcarifer ekor pada ukuran mata jaring insang dasar 6 Inchi lihat pada gambar 4. Gambar 5. Distribusi hasil tangkapan ikan kakap putih Lates calcarifer ekor pada ukuran mata jaring insang dasar 7 inchi. Hasil tangkapan ikan Kakap Putih Lates calcarifer pada ukuran mata jaring 7 inchi, hasil tangkapan yang paling banyak terdapat pada bulan Mei dengan dengan jumlah tangkapan terdapat 5 ekor, bulan Maret ada 4 ekor ikan kakap putih dan hasil tangkapan yang paling sedikit terdapat pada bulan April terdapat 2 ekor. Jumlah total hasil tangkapan pada ukuran mata jaring 7 inchi sebanyak 11 ekor ikan kakap putih. Bulan april merupakan musim penangkapan ikan tetapi hasil tangkapan yang di dapat lebih sedikit dikarenakan faktor ukuran mata jaring terlalu besar sehingga ikan mudah lolos. Menurut Zamil, 2007 ukuran mata jaring yang digunakan pada jarring insang umumnya disesuaikan dengan ukuran ikan yang menjadi target penangkapan. Dengan demikian, hasil tangkapan diharapkan hanya didominasi oleh ikan – ikan yang ukurannya sesuai dengan ukuran mata jaring. Hasil tangkapan ikan kakap putih pada ukuran mata jaring 7 inchi dapat di lihat pada gambar 5. Gambar 6. Hasil tangkapan ikan kakap putih pada ukuran mata jaring 6 inchi dan 7 inchi. 84 Ikan kakap putih Lates calcarifer pada ukuran mata jaring 6 inchi dan 7 inchi dilakukan guna untuk mengetahui ukuran mata jaring yang layak digunakan dalam melakukan oprasional terhadap hasil tangkapan ikan kakap putih di perairan pesisir kota Surabaya. Hal ini sesuai dengan pendapat Syofyan, I. 1996 yang menyatakan bahwa mata jaring dan panjang ikan memiliki hubungan langsung keefisiensi alat tangkap sehingga penentuan besar mata jaring sangat penting untuk alat tangkap gillnet. Ditambahkan Suhaisti, 2002 bahwa hasil tangkapan ikan banyak dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain keberadaanikan, jumlah upaya penangkapan, dan tingkat keberhasilan operasi penangkapan. Hasil tangkapan ikan kakap putih pada ukuran mata jaring 6 inchi dan 7 inchi dapat di lihat pada gambar 6. Konstruksi jaring insang kakap putih Lates calcarifer Tabel 1. Konstruksi jaring insang kakap Bottom gillnet Tali ris bawah Tali ris atas Menurut Martasuganda 2002, jaring insang gill net adalah satu jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi panjang dimana ukuran matajaring mesh size sama, jumlah mata jaring kearah horisontal mesh lenght/ML jauh lebih banyak dari jumlah mata jaring kearah vertikal mesh depth/MD. Pada lembaran jarring bagian atas diletakkan pelampung floats dan pada bagian bawah diletakkan pemberat sinkers. Maka kontruksi jaring insang kakap yang berada di perairan pesisir kota surabaya sangat layak digunakan untuk proses oprasional. Konstruksi jaring insang kakap Bottom gillnet dapat di lihat pada tabel 1. Parameter kualitas air laut Tabel 2. Hasil parameter kualitas air Pengambilan sampel kualitas air laut dilakukan seminggu sekali dalam tiga minggu danpada waktu pagi hari. Hasil parameter kualitas air dapat di lihat pada tabel 2. Hasil analisis Uji Normalitas Tabel 3. Uji normalitas hasil tangkapan jaring insang kakap pada ukuran mata jaring 6 inchi dan 7 inchi. Berdasarkan tabel 3 didapatkan nilai probabilitas untuk alat tangkap 6 inchi dan 7 inchi adalah 0,484 yang berarti data tersebut tersebar normal. Pengambilan keputusan ini sesuai kaidah yang berlaku apabila nilai signifikan lebih besar 0,05 pada P>0,05 sebaliknya, apabila nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 pada P>0,05 maka data dikatakan tidak normal Sugiyono, 2013. Dengan demikian data tersebut layak untuk 85 dilanjutkan menggunakan uji yang telah diajukan. Uji homogenitas Dalam penelitian ini, pengambilan keputusan homogen atau tidaknya data ini berdasarkan asumsi. Nilai homogenitas 0,465 sehingga data diansumsikan homogen. Uji T t-test Hasil uji T berpasangan dan diolah menggunakan SPSS versi Tabel 4. Hasil uji independent T-test Dari di atas dapat dijelaskan bahwa nilai signifikan 0,190 > 0,05 yang berarti H0 diterima. Dimana H0 menyatakan bahwa penggunaan ukuran mata jaring 6 inchi dan 7 inchi tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan kakap putih Lates calcarifer. Sehingga berdasarkan uji independen uji sample t test pada taraf kepercayaan 95% terhadap dua sampel yang masing – masing sampel terdiri dari 15 ulangan dapat disimpulkan bahwa penggunaan ukuran mata jaring insang kakap yang berbeda antara 6 inchi dan 7 inchi di perairan pesisir kota Surabaya, mengatakan hasil tangkapan ikan kakap, yang berarti kuantitatif tidak berbeda nyata. Berdasarkan kondisi yang berada di lapangan perbandingan ukuran mata jaring insang dasar yang berbeda di perairan pesisir Kota Surabaya karena jarak ukuran mata jaring 6 inchi dan 7 inchi terlalu kecil hanya selisi 1 inchi, sehingga tidak ada pengaruh ukuran mata jaring 6 inchi dan 7 inchi terhadap hasil tangkapan ikan kakap putih Lates calcarifer, jaring 6 inchi memperoleh hasil rata – rata 1,13 dan jaring 7 inchi 0,73 per ekor dapat dilihat pada tabel 4. Kesimpulan 1. Jenis ikan hasil tangkapan dari ukuran mata jaring 6 inchi dan 7 inchi adalah ikan kakap putih Lates talcarifer dengan jumlah hasil tangkapan sebanyak 28 ekor. 2. Jenis ikan hasil tangkapan sampingan antara lain ikan sumbal atau laosan Eleutheronema tetradactylum, rajungan Portanus pelagicus, dan dukang Hexanematichthys sebesar 15 ekor 3. Jumlah hasil tangkapan ikan kakap putih Lates calcarifer yang dapat pada ukuran mata jaring 6 inchi sebanyak 17 ekor, sedangkan ukuran mata jaring 7 inchi sebanyak 11 ekor. 4. Berdasarkan anilisis uji t diperoleh signifikansi sebesar 0,190 maka H0 di terima, sehingga dapat di simpulkan tidak ada pengaruh penggunaan ukuran mata jaring 6 inchi dan 7 inchi, terhadap hasil tangkapan ikan kakap putih Lates calcarifer. Ucapan terimakasih Saya ucapan terimakasih kepada Bapak Ir. Hari Subagio, M. Si. dan Ibu Nurul Rosana, selaku dosen pembimbing skripsi dan keluarga yang telah mendukung selama berjalanya skripsi serta teman - teman perikanan Universitas Hang Tuah Surabaya. Daftar pustaka Djamali 1998. Sumber Daya Benih Alam Komersial. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI vi + 160 86 Analisis Profil Sosial-Ekonomi umah Tangga Nelayan Di Kecamatan Bulak Pesisir Pantai Surabaya.[Skripsi].Surabaya Richter, 2007. Development and evaluation of standard weight equations for bridgelip sucker and largescale sucker. North American Journal of Fisheries Management, 27 936-939 Reinnamah, yohanes. 2010. Fisfinder danTeknologiPenangkapanIkan. Karmelreinnamah. Rabu, 21 April Suhaeti. 2002. PendugaanPotensi Lestari dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Terbang Sardenellafimbriata Di Perairan Teluk Banten. Skripsi. Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian. Jatinangor. 54 hal. Tidak di Duplikasi. Sugiono. penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta. Syofyan, I. 1996. Kontruksi dan Rancangan Alat Tangkap Drift Gillnet JaringInsangHanyut untuk Menangkap Ikan Senangin Polynemustetradactilus di Perairan Selat Berhala Riau. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Syofyan I, Syaifuddin, Cendana F. 2010. Studi komparatif alat tangkap jarring insang hanyut drift gillnet bawal tahun 1999 dengan tahun 2007 di Desa Meskom Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 151 Zamil NN. 2007. Sebaran Hasil Tangkapan Jaring Rampus Berdasarkan Ketinggian dan Lembar Jaring [skripsi]. Bogor ID Institut Pertanian Bogor.
Jikaingin mendapatkan hasil banyak, maka memancinglah ketika bulan musim ikan kakap putih. Cara mancing kakap putih di siang hari . Insya allah saya upload video : senin, rabu dan jum'at jam 16:00 gmt+7 wib. Akan lebuh galak lagi,jika anda mancing ikan kakap waktu sedang bulan gelap. Itulah bulan musim ikan kakap putih yang bisa menjadi
Umpan Tiruan Untuk Ikan Kakap Putih – Memancing ikan kakap putih atau barramundi menjadi kepuasan tersendiri bagi para pemancing. Khususnya para pemancing ikan satu teknik paling ampuh dan jitu untuk menaklukkan ikan kakap putih yakni dengan teknik casting. Dimana teknik ini memungkinkan memancing dengan umpan tiruan lure.Umpan Tiruan Untuk Ikan Kakap Putih1. Rapala Clacking Minnow2. Topwater WTD3. Floating Stickbait4. Pencil Sinking5. Soft LureWarna Lure Untuk Ikan Kakap PutihDalam teknik casting barramundi, umpan tiruan yang digunakan harus tepat. Hal ini bertujuan untuk menarik perhatian ikan kakap putih agar mau menyambar umpan lure kakap putih harus yang paling ampuh dan jitu, karena ini bisa meningkatkan rasio strike. Lantas, apa saja umpan tiruan ikan kakap putih paling jitu? Simak di bawah yang paling menentu ketika casting kakap putih yakni penggunaan umpan tiruan. Meskipun sebenarnya, pemancing bisa menggunakan UMPAN IKAN KAKAP PUTIH alami yang juga cukup efektif untuk memancing ikan barramundi, namun lure casting dinilai lebih sebabnya mengapa banyak pemancing yang lebih melakukan casting menggunakan umpan tiruan. Adapun umpan tiruan untuk ikan kakap putih paling jitu yaitu sebagai Rapala Clacking MinnowUmpan tiruan pertama paling jitu untuk mancing barramundi yaitu Rapala Clacking Minnow. Jenis lure killer ini termasuk yang paling ampuh dan jitu untuk casting ikan kakap Clacking Minnow cocok digunakan untuk casting kakap putih dengan kondisi air hijau bening sampai kehijauan. Maka dari itu, lure minnow ini sangat Topwater WTDJenis lure selanjutnya yaitu Topwater WTD. Jenis umpan killer satu ini banyak digunakan pemancing profesional untuk casting kakap putih di semua kondisi, baik malam ataupun siang WTD memiliki gerakan cepat di atas permukaan dengan gerakan zigzag, sehingga akan menarik perhatian ikan kakap putih untuk menyambar umpan tiruan satu Floating StickbaitUmpan tiruan berikutnya ialah Floating Stickbait, merupakan salah satu lure killer top water. Jenis umpan tiruan ini sebenarnya memiliki action seperti lure Topwater itu, bentuknya menyerupai jenis lure pencil dan ukurannya pendek menjadi daya tarik tersendiri lure ini untuk menarik perhatian barramundi menyambar Pencil SinkingUmpan tiruan paling jitu untuk casting barramundi selanjutnya yaitu pencil sinking. Lure ini memiliki bentuk menyerupai mangsa asli dari ikan kakap putih atau bentuk, warna dari jenis lure ini juga seperti aslinya serta bisa tenggelam sekitar 1-3 meter. Dengan bentuk dan warna seperti mangsa aslinya, membuat lure ini disukai Soft LureUmpan tiruan paling umum digunakan untuk casting kakap putih di air tawar ialah soft lure. Umpan tiruan ini punya bentuk menyerupai makanan asli kakap putih itu, lure ini juga dibuat dari bahan dasar karet yang kenyal dan lunak serta ekornya bisa bergerak seperti ikan asli membuat ikan kakap putih sangat tertarik untuk Lure Untuk Ikan Kakap PutihSelain jenis umpan tiruan, warna umpan tiruan juga cukup penting. Dimana pemilihan warna umpan tiruan untuk ikan kakap putih harus disesuaikan berdasarkan kondisi air sangat berpengaruh terhadap warna umpan tiruan itu sendiri. Adapun tipe ampuh untuk memilih warna umpan tiruan ikan kakap sesuai kondisi air yakni sebagai kondisi air spot casting kakap putih jernih, sebaiknya gunakan warna umpan tiruan agak gelap seperti hitam, biru malam serta kondisi air spot casting agak keruh, dianjurkan untuk menggunakan umpan tiruan berwarna terang seperti silver, orange, hijau itu, ada juga warna umpan tiruan yang bisa digunakan di segala kondisi yakni umpan tiruan yang memiliki 2 warna sekaligus, contohnya merah putih cocok untuk air jernih dan ingin mendapatkan hasil banyak, maka memancinglah ketika bulan musim ikan kakap putih. Bulan paling cocok untuk mancing kakap putih yakni ketika bulan sudah benar-benar gelap atau bisa juga setengah gelap half moon, karena nafsu makan kakap putih memancing pada saat keadaan bulan sedang terang full moon, karena pada bulan ini nafsu ikan kakap putih berkurang, baik itu pada siang hari maupun malam itulah informasi lengkap dari terkait umpan tiruan untuk ikan kakap putih paling jitu. Demikianlah informasi dari kami, semoga ulasan di atas membantu Anda.
PadaJanuari sampai Mei saat ia melaut, Rokah banyak mendapatkan kakap putih dan kepiting, yang kemudian ia jual ke pelelangan ikan di kampungnya. tiap bulan dapat gaji tetap, tidak seperti nelayan yang bergantung pada jumlah tangkapan ikan. seharusnya pada bulan Mei atau Juni adalah musim udang rebon yang bisa bikin nelayan cuan
Intisari Penelitian mengenai aspek reproduksi ikan Kakap putih L. calcarifer Block di Perairan Terusan Dalam kawasan Taman Nasional Sembilang Pesisir Kabupaten Banyuasin telah dilakukan pada bulan Maret sampai Juni 2012. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek reproduksi ikan Kakap putih L. calcarifer Block yang meliputi hubungan panjang-berat, rasio kelamin, tingkat kematangan gonad TKG, indeks kematangan gonad IKG, fekunditas dan diameter telur. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan alat tang-kap jaring tangsi yaitu jaring dengan mata jala berdiameter 3-4 inchi dan berukuran 100-500 meter yang dipa-sang menutupi sebagian perairan sepanjang aliran sungai dengan tinggi jaring berkisar antara 5-15 m dengan sistem pemasangan zigzag. Jumlah ikan Kakap putih yang diperoleh dari bulan Maret sampai bulan Juni ber-jumlah 31 ekor. Pola pertumbuhan ikan Kakap putih L. calcarifer Block bersifat allometrik negatif. Ikan Kakap putih L. calcarifer Block termasuk ikan hermaprodit protandri yaitu sifat perubahan kelamin dari jantan men-jadi betina. Tidak ditemukan ikan Kakap putih berjenis kelamin betina. Tingkat kematangan gonad TKG ikan Kakap putih L. calcarifer Block berdasarkan sampel dikelompokkan menjadi TKG I, II, dan III dengan kisaran indeks kematangan gonad IKG antara 0,0012 % sampai 0,006 %. Kata kunci Ikan Kakap putih, Perairan Terusan Dalam, Taman Nasional Sembilang, Reproduksi. Abstract The research about the aspect of White Snapper fish reproduction Lates calcarifer Block in Terusan Dalam Sembilang National Park Coast of Banyuasin had been carried out in March to June 2012. This research aimed to determine the reproduction aspect of White Snapper fish L. calcarifer Block which covered the lenght-weight relationship, sex ratio, maturity level of the gonads and gonad maturity index. The sampling was carried out using tangsi net with a mesh size 3-4 inches in diameter and 100-500 meters in lenght were installed to cover most of the waters along the river to the height of the nets ranged from 5-15 m with a zigzag mounting system installation measuring. The sampling was conducted from March to June and obtained 31 fishes. The results of this research showed that the growth pattern of White Snapper fish L. calca-rifer Block was negative allometric. White Snapper fish Block was included protandri hermaprodite fish that was the changing nature of male to female sex. The female sex of White Seabass were not founded. Gonad maturity level of White Snapper fish Block based on the samples were grouped into I, II and III of gonad maturity level, with a range of gonad maturity index 0,0012 % to 0,006 %. Kata kunci Ikan Kakap putih, Perairan Terusan Dalam, Taman Nasional Sembilang, Reproduksi. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Volume 18 Nomor 1 Januari 2016 © 2016 JPS MIPA UNSRI 18101-1 Aspek Reproduksi Ikan Kakap Putih Lates calcarifer Block di Perairan Terusan Dalam Kawasan Taman Nasional Sembilang Pesisir Kabupaten Banyuasin Moh. Rasyid Ridho dan Enggar Patriono Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya Intisari Penelitian mengenai aspek reproduksi ikan Kakap putih L. calcarifer Block di Perairan Terusan Dalam kawasan Taman Nasional Sembilang Pesisir Kabupaten Banyuasin telah dilakukan pada bulan Maret sampai Juni 2012. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek reproduksi ikan Kakap putih L. calcarifer Block yang meliputi hubungan panjang-berat, rasio kelamin, tingkat kematangan gonad TKG, indeks kematangan gonad IKG, fekunditas dan diameter telur. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan alat tang-kap jaring tangsi yaitu jaring dengan mata jala berdiameter 3-4 inchi dan berukuran 100-500 meter yang dipa-sang menutupi sebagian perairan sepanjang aliran sungai dengan tinggi jaring berkisar antara 5 - 15 m dengan sistem pemasangan zig-zag. Jumlah ikan Kakap putih yang diperoleh dari bulan Maret sampai bulan Juni ber-jumlah 31 ekor. Pola pertumbuhan ikan Kakap putih L. calcarifer Block bersifat allometrik negatif. Ikan Kakap putih L. calcarifer Block termasuk ikan hermaprodit protandri yaitu sifat perubahan kelamin dari jantan men-jadi betina. Tidak ditemukan ikan Kakap putih berjenis kelamin betina. Tingkat kematangan gonad TKG ikan Kakap putih L. calcarifer Block berdasarkan sampel dikelompokkan menjadi TKG I, II, dan III dengan kisaran indeks kematangan gonad IKG antara 0,0012 % sampai 0,006 %. Kata kunci Ikan Kakap putih, Perairan Terusan Dalam, Taman Nasional Sembilang, Reproduksi. Abstract The research about the aspect of White Snapper fish reproduction Lates calcarifer Block in Terusan Dalam Sembilang National Park Coast of Banyuasin had been carried out in March to June 2012. This research aimed to determine the reproduction aspect of White Snapper fish L. calcarifer Block which covered the lenght-weight relationship, sex ratio, maturity level of the gonads and gonad maturity index. The sampling was carried out using tangsi net with a mesh size 3-4 inches in diameter and 100-500 meters in lenght were installed to cover most of the waters along the river to the height of the nets ranged from 5-15 m with a zig-zag mounting system installation measuring. The sampling was conducted from March to June and obtained 31 fishes. The results of this research showed that the growth pattern of White Snapper fish L. calca-rifer Block was negative allometric. White Snapper fish Block was included protandri hermaprodite fish that was the changing nature of male to female sex. The female sex of White Seabass were not founded. Gonad maturity level of White Snapper fish Block based on the samples were grouped into I, II and III of gonad maturity level, with a range of gonad maturity index 0,0012 % to 0,006 %. Keywords White Snapper fish, Terusan Dalam Waters, Sembilang National Park, Reproduction. Email rasyid_mr 1 PENDAHULUAN umatera Selatan memiliki keanekaragaman jenis ikan yang tinggi. Hasil penelitian Ondara et al., 1987 menunjukkan sebanyak 90 jenis ikan dari 53 marga, 22 suku dan 11 bangsa telah teridentifikasi di Sumatera Selatan. Sebagian besar jenis ikan tersebut merupakan ikan air tawar Patriono & Aryani 2001 1. Ikan merupakan salah satu organisme yang mendiami hampir seluruh lapisan perairan. Sebagai organisme yang paling banyak dikonsumsi manusia, ikan menjadi sangat penting di dalam dunia perikanan. Ikan Kakap putih Lates calcarifer Block atau lebih dikenal dengan nama lokal Seabass atau Baramundi merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun luar negeri. Dipasaran harga ikan ini bisa mencapai Rp. per kg. Ikan Kakap putih Lates calcarifer Block merupakan ikan yang mempunyai toleransi yang cukup besar terhadap kadar garam euryhaline dan merupakan ikan katadromous dibesarkan di air tawar dan kawin di lautt serta termasuk kedalam ikan karnivor Febianto 2007 4. Ikan akan bereproduksi sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya. Adanya kegiatan penangka- Rasyid & Enggar/Aspek Reproduksi Ikan Kakap … JPS No. 1 Jan. 2016 18101-2 pan ikan Kakap putih secara terus menerus oleh para nelayan, akan mengakibatkan penurunan populasi ikan tersebut karena ikan yang tertangkap oleh nelayan terdiri dari berbagai ukuran sehingga dapat mempengaruhi kelestarian stok yang terdapat di alam. Perairan Terusan Dalam merupakan perairan yang berada dikawasan Taman Nasional Sembilang dan secara geografis termasuk Desa Tanah Pilih terletak di sekitar muara Sungai Benu yang berbatasan dengan Propinsi Jambi. Salah satu potensi sumber daya di kawasan perairan Terusan Dalam adalah ikan. Terdapat banyak jenis ikan di kawasan perairan Terusan Dalam, salah satunya adalah ikan Kakap Putih. Kawasan perairan Taman Nasional Sembilang sebagian besar terdiri dari habitat muara estuari dan terletak di pesisir timur Provinsi Sumatera Selatan, sehingga masukan air laut lebih dominan dibanding air tawar serta memiliki sentra perikanan tangkap dengan dinamika kadar salinitas lebih tinggi Gaffar & Fattah 2006. Secara geografis kawasan Taman Nasional Sembilang berada pada 104014’-104054’BT dan 1053’- 2027’LS serta Taman Nasional Sembilang termasuk ke dalam Kawasan Lindung Nasional dengan luas ± ha Balai TN. Sembilang & Departemen Kehutanan 2008 1. 2 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2012. Lokasi pengukuran kualitas air dan pengambilan ikan Kakap putih dilakukan di Perairan Terusan Dalam Kawasan Taman Nasional Sembilang Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Identifikasi dan analisis aspek reproduksi ikan Kakap putih dilakukan di Laboratorium Taksonomi Hewan Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya. Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah alat tulis, dissecting set, DO meter, ember, jaring tangsi, kamera, kantong plastik, karet gelang, kertas label, kertas saring, ice box, mikroskop, papan untuk bedah, petri disk, pH meter, pipet tetes, penggaris, refraktometer, sarung tangan, secchi disk, termometer, timbangan analitik dan timbangan per kg serta tissue. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah air, larutan Gilson alkohol 60%, air, asam nitrit, asam asetat glasial dan mercuri chlorida dan hasil tangkapan ikan Kakap Putih yang berasal dari perairan Terusan Dalam kawasan Taman Nasional Sembilang. Cara Kerja 1. Pengambilan Sampel Ikan Pengambilan sampel ikan dengan menggunakan jaring tangsi dengan sistem pemasangan zig-zag dengan jaring berukuran 100-500 meter dengan mata jala berdiameter 3-4 inchi yang dipasang menutupi sebagian perairan sepanjang aliran sungai dengan tinggi jaring berkisar antara 5 - 15 m yang dipasang pada sore hari dan diangkat pada pagi harinya. Gambar 1. Pemasangan Jaring Tangsi dengan metode zig-zag Ikan hasil tangkapan dihitung jumlahnya, diukur panjang total ikan, panjang standar ikan, difoto, ditimbang berat tubuh ikan, dicek jenis kelamin, dan secara morfologi, dibedah, dilihat TKG-nya, diambil gonadnya, kemudian diawetkan di dalam larutan gilson. 2. Pengukuran Kualitas Air Parameter fisika dan kimia perairan yang diamati meliputi suhu air, kecerahan, pH, salinitas, dan DO 3. Parameter Pengamatan Parameter pengamatan meliputi hubungan panjang-berat, rasio kelamin, tingkat kematangan gonad TKG, indeks kematangan gonad IKG, fekunditas, dan diameter telur dengan menggunakan analisis regresi pada perangkat lunak Excel. Hubungan Panjang dengan Berat Ikan Hubungan panjang dengan berat dianalisis menggunakan rumus Hile 1963 dalam Effendie 2002 97, yaitu dengan W = berat tubuh ikan gr, L = Panjang total ikan mm, a = intercept perpotongan kurva hubungan panjang-berat dengan sumbu y, dan b = slope kemiringan. Nilai b yang didapat dari persamaan tersebut akan menunjukkan pola pertumbuhan isometrik atau allometrik. Pola pertumbuhan isometrik kalau Rasyid & Enggar/Aspek Reproduksi Ikan Kakap … JPS No. 1 Jan. 2016 18101-3 b = 3, yang berarti pertumbuhan ikan seimbang antara pertumbuhan panjang dengan pertumbuhan beratnya. Tetapi jika nilai b 3 maka pertambahan beratnya lebih cepat dari pertamba-han panjangnya allometrik positif. Rasio Kelamin Rasio kelamin dihitung dengan rumus Ket M = jumlah ikan jantan ekor, dan F = jumlah ikan betina ekor Untuk menganalisis perbandingan jenis kelamin ikan contoh dilakukan uji Chi–kuadrat χ2 Effendie 1979 sebagai berikut Ket oi = frekuensi ikan jantan dan betina ke-i yang diamati, ei = frekuensi harapan yaitu frekuensi ikan jantan + frekuensi ikan betina dibagi dua, dan x2 = nilai peubah acak x2 yang sebaran penarikan contohnya mendekati sebaran Chi-kuadrat. Tingkat Kematangan GonadTKG Pengamatan TKG ditentukan secara morfologi berdasarkan analisis ukuran, bentuk, warna, butiran minyak dan pengisian dalam rongga perut Effendie 2002 8. Indeks Kematangan Gonad IKG Menurut Effendie 1979 36, pengukuran indeks kematangan gonad dihitung dengan cara memban-dingkan berat gonad terhadap berat tubuh ikan dengan rumus dengan IKG = Indeks kematangan gonad %, Bg = Berat gonad g, dan Bt = Berat tubuh g Fekunditas Menurut Effendie 200244 menghitung fekunditas dengan menggunakan rumus sebagai berikut dengan F = fekunditas butir, G = berat gonad g, V = isi pengenceran 100 ml, Q = telur contoh 1 g, dan X = Jumlah telur tiap ml, Diameter Telur Pengamatan diameter telur dilakukan pada tiga bagian dari gonad untuk melihat perbedaan sebaran ukurannya, yaitu lapisan posterior, anterior, dan median sebagai gonad contoh. Masing-masing bagian gonad contoh tersebut diambil butir telurnya dengan jumlah total 150 butir telur, setelah itu diamati menggunakan mikroskop yang telah dilengkapi dengan mikrometer okuler whiple grade. 3 HASIL Hasil Pengukuran Panjang &Berat Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksa-nakan, jumlah ikan Kakap Putih Lates calcarifer Block yang diperoleh selama 4 bulan yaitu dari bulan Maret sampai bulan Juni 2012 di perairan Sungai Terusan Dalam Kawasan Taman Nasional Sembilang didapatkan sampel ikan berjumlah 31 ekor. Ikan yang diperoleh mempunyai ukuran panjang berkisar antara 19 cm sampai dengan 50 cm disajikan pada Gambar 2 di bawah ini Gambar 2. Grafik panjang dan berat tubuh ikan Kakap Putih Lates calcarifer Block. Pada grafik terlihat panjang ikan yang diperoleh berkisar antara 19,3 cm hingga 50 cm dan jumlah ikan terbanyak berada pada ukuran panjang berkisar antara 35,1 - 50 cm. Ikan Kakap Putih Lates calcarifer Block terpanjang yang diperoleh beru-kuran 50 cm sesuai dengan ketentuan pengambilan sampel penelitian. Panjang tubuh ikan Kakap Putih Lates calcarifer Block dipengaruhi oleh habitat perairannya, karena berdasarkan hasil penelitian panjang rata-rata ikan berkisar antara 20-50 cm. Hal ini jauh berbeda dengan habitat perairan payau di muara sungai didapatkan ikan Kakap putih berukuran ± 90 cm dengan berat 10 kg. Tidak jauh berbeda dengan pendapat Djamali 1997 146 yang menya-takan bahwa ikan Kakap Putih menyukai perairan pantai yang dipengaruhi oleh aliran sungai. Rasyid & Enggar/Aspek Reproduksi Ikan Kakap … JPS No. 1 Jan. 2016 18101-4 Hubungan Panjang dengan Berat Hasil analisis panjang berat ikan Kakap Putih Lates calcarifer Block didapatkan bahwa pertumbuhan ikan Kakap Putih bersifat allometrik negatif yaitu po-la pertumbuhan yang berarti pertambahan pan-jangnya lebih cepat dari pada pertambahan berat-nya dengan nilai b adalah 2,92 seperti disajikan pada Gambar 3 sebagai berikut Gambar 3. Grafik Hubungan panjang dan berat ikan Kakap Putih Lates calcarifer Block Pola pertumbuhan ikan dapat diketahui dengan melakukan analisis hubungan panjang berat ikan. Hubungan ini dapat menerangkan pertumbuhan ikan, kemontokan dan perubahan lingkungan. Richter 2007 & Blackweel 2000 menyebutkan bahwa pengukuran panjang-berat ikan bertujuan untuk mengetahui variasi berat dan panjang tertentu dari ikan secara individual atau kelompok-kelompok dan kondisi fisiologis termasuk perkembangan gonadnya. Tingkat Kematangan GonadTKG Tingkat kematangan gonad ikan Kakap putih L. cal-carifer Block jantan ditentukan melalui pengamatan secara morfologi. Pengamatan morfologi TKG ikan jantan berbeda dengan ikan betina. Menurut Effen-die 1979 28, bahwa untuk ikan betina yang di-amati adalah bentuk, ukuran, warna, kehalusan, pengisian ovarium dalam rongga tubuh serta uku-ran, kejelasan bentuk dan warna telur dalam ova-rium. Sedangkan untuk ikan jantan yang diamati adalah bentuk, ukuran, warna dan pengisian testis dalam rongga tubuh serta keluar tidaknya cairan dari testis keadaan segar. Tingkat kematangan gonad ikan Kakap Putih L. calcarifer Block berdasarkan sampel dapat dike-lompokkan dalam tingkat kematangan gonad I, II dan III Tabel 1. Tabel 1. Jumlah ikan Kakap putih L. calcarifer Block pada tiap tingkat kematangan gonad yang diperoleh se-lama penelitian beserta kisaran berat tubuh dan panjang total Pada Tabel 1 terlihat bahwa sebanyak 31 individu ikan Kakap putih Block jantan dapat dikelompokkan dalam tingkat kematangan gonad I, II dan III. TKG I berjumlah 12 individu dengan kisa-ran berat tubuh 90 - 450 g dan kisaran panjang total 19,3 – 33,4 cm. TKG II terdapat 13 individu dengan kisaran berat tubuh 370 - 720 g dan kisaran panjang total 32 – 38,8 cm. Pada TKG III, terdapat 6 individu dengan kisaran berat tubuh 830 - 1300 g dan kisaran panjang total 41,7 - 50 cm, sedangkan TKG IV tidak didapatkan. Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa jenis kelamin dan tingkat kematangan gonad ikan Kakap putih L. calcarifer Block yang diamati kurang bervariasi. Ikan berkelamin jantan diperoleh jantan tingkat 1, 2 dan tingkat 3. Berikut ciri-ciri tingkat kematangan gonad ikan Kakap putih L. calcarifer Block Gonad jantan ikan Kakap putih L. calcarifer Block tidak jauh berbeda dengan gonad ikan jantan pada umumnya. Gonad jantan ikan Kakap putih Block seperti benang pada seluruh bagian gonadnya. Gonad jantan tingkat 1 memiliki ukuran sangat kecil, pipih dan berwarna kelabu sehingga perlu ketelitian tinggi untuk dapat melihatnya. Gambar 6. Gonad ikan Kakap putih Block jantan tingkat 1 Gonad jantan tingkat 2 pada ikan Kakap putih L. calcarifer Block tidak jauh berbeda dengan gonad tingkat 1. Bentuknya sama dengan gonad pada tingkat 1, namun ukurannya agak sedikit lebih besar dan panjang. Warna gonad jantan tingkat 2 juga sedikit lebih putih susu. Rasyid & Enggar/Aspek Reproduksi Ikan Kakap … JPS No. 1 Jan. 2016 18101-5 Gambar 7. Gonad ikan Kakap putih Block jantan tingkat 2 Gonad jantan tingkat 3 pada ikan Kakap putih L. calcarifer Block sudah cukup jelas terlihat. Bentuknya memanjang, warnanya putih susu dan telah terisi sedikit oleh sperma. Gambar gonad jantan ikan Kakap putih Block jantan tingkat 3 tercantum pada Gambar 8 di bawah ini. Gambar 8. Gonad ikan Kakap Putih Lates calcarifer Block jantan tingkat 3 Tidak ditemukannya ikan Kakap putih kelamin jantan tingkat 4, dikarenakan pada 31 sampel ekor ikan yang didapatkan ciri-ciri yang menunjukan kematangan gonad tingkat 4 tidak ada. Ciri-ciri tersebut meliputi bentuknya memanjang, warnanya putih susu dan telah terisi penuh oleh sperma. Pada saat ikan dalam kondisi segar, keluar cairan sperma dari testisnya. Menurut Tang dan Affandi 1999 selama proses reproduksi, sebagian besar hasil metabolisme tertuju pada perkembangan gonad. Umumnya berat gonad pada ikan betina adalah 10-25 % sedangkan pada ikan jantan adalah 5-10%. Faktor umur, ukuran serta faktor lingkungan yang dominan mempengaruhi perkembangan gonadnya seperti suhu dan makanan, selain itu adalah periode cahaya fotoperiode dan musim Scott, 1979. Periode penyinaran yang rendah dan suhu yang tinggi dapat mempercepat pematangan gonad. Indeks Kematangan Gonad IKG Nilai IKG ikan Kakap Putih yang didapatkan diterangkan pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Indeks Kematangan Gonad ikan Kakap Putih Lates calcarifer Block 0,0011-0,006 0,0012-0,007 0,006-0,008 - Pada Tabel 2 terlihat bahwa nilai IKG ikan Kakap Putih Lates calcarifer Block pada penelitian ini ber-kisar antara 0,006% sampai 0,0012%. Indeks kema-tangan gonad IKG erat kaitannya dengan tingkat kematangan gonad TKG. Menurut Effendie 2002 Indeks kematangan gonad dapat mengetahui peru-bahan dalam gonad secara kuantitatif. Pertumbuhan IKG berbanding lurus dengan TKG, artinya semakin tinggi nilai TKG maka semakin tinggi juga nilai IKG. IKG akan semakin meningkat nilainya dan akan mencapai nilai batas maksimum pada saat akan ter-jadi pemijahan dan akan menurun setelah ikan sele-sai memijah. Rasio Kelamin, Fekunditas dan Diameter Telur Sistem reproduksi Ikan Kakap Putih Lates calcarifer Block termasuk hermaprodit. Ikan dikatakan her-maprodit apabila gonad ikan mempunyai jaringan jantan dan jaringan betina atau dapat dikatakan ikan yang menghasilkan spermatozoa dan ovum. Untuk membedakan jenis kelamin ikan Kakap Putih Lates calcarifer Block cukup sukar sekali, kecuali pada musim pemijahan. Sistem reproduksi ikan Kakap Putih Lates calca-rifer Block dapat mengalami perubahan kelamin dari jantan menjadi betina yang disebut “protandry hermaprodit”. Hasil penelitian ini tidak ditemukan ikan Kakap Putih Lates calcarifer Block berjenis ke-lamin betina hal ini dipengaruhi oleh faktor ukuran dan berat tubuh ikan serta habitat atau kondisi pe-rairannya, karena 31 sampel ikan yang didapatkan panjang tubuh maksimal ikan 50 cm dengan berat tubuh maksimal 1300 gr atau sama dengan 1,3 kg. Menurut Ghufran 2010 75 ikan Kakap Putih akan mengalami perubahan jenis kelamin menjadi betina terjadi pada berat tubuh ikan berkisar 2-4 kg. Ukuran biologi minimal induk jantan yang matang adalah 1,4 kg dengan panjang 45 cm dan induk be-tina 1,5 kg dengan panjang 47 cm. Hal ini tidak jauh berbeda dengan pendapat Mayunar 1994 28 yang menyebutkan bahwa ikan Kakap Putih yang memiliki berat tubuh 1-2 kg dido- Rasyid & Enggar/Aspek Reproduksi Ikan Kakap … JPS No. 1 Jan. 2016 18101-6 minasi oleh jantan 60 %, dan berat tubuh 2,1 - 4,0 kg didominasi oleh betina, sedangkan berat tubuh > 4 kg kesemuanya betina. Perubahan jenis kelamin jantan menjadi betina banyak di jumpai pada ikan berukuran 2,0-3,0 kg. Pada ukuran tersebut ikan Ka-kap Putih mengalami masa transisi intersex atau masa perubahan kelamin. Perubahan kelamin ikan Kakap Putih dari jantan menjadi betina sangat di-pengaruhi oleh kondisi lingkungan dan geografis suatu daerah. Pada ikan Kakap Putih Lates calcarifer Block, tidak semua induk betina berasal dari induk jantan dewasa yang telah mengalami perubahan kelamin secondary female tetapi dari awal tetap betina primary female. Penelitian ini tidak ditemukan ikan Kakap Putih Lates calcarifer Block yang berkelamin betina se-hingga nilai rasio kelamin, fekunditas dan diameter telur tidak dapat ditentukan. Pengukuran fekunditas dan diameter telur dapat dilakukan apabila terdapat gonad betina tingkat III- tingkat IV pada sampel yang diamati. Sifat Fisika Kimia Air Berdasarkan hasil pnelitian yang telah dilakukan didapatkan sifat fisika kimia air disajikan pada Tabel 3 berikut ini Tabel 3. Sifat fisika kimia Perairan Terusan Dalam 01°48'13,1" LS dan 104°30'05,8" BT Ikan Kakap Putih Lates calcarifer Block pada saat 3 kali perbedaan waktu pengukuran sampel air tidak jauh berbeda. Suhu menentukan jenis orga-nisme yang dapat hidup dan dapat bertahan di pe-rairan, mempengaruhi proses pemijahan, penetasan dan aktivitas organisme serta memicuatau meng-hambat pertumbuhan dan perkembangan Hamzah, 2003. Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi di dalam perairan, sehingga dengan perubahan suhu pada suatu perairan akan mengakibatkan berubahnya semua proses di dalam perairan. Faktor lingkungan yang dominan mempengaruhi perkembangan gonad ikan Kakap Putih adalah suhu dan makanan, selain itu adalah periode cahaya fo-toperiode dan musim. Kecerahan air dipengaruhi oleh fotoperiode, pada awal pengukuran sampel air bulan Maret yaitu 19 cm menunjukan bahwa kece-rahan kualitas perairan Terusan Dalam mengalami kekeruhan, dipengaruhi oleh substrat berlumpur atau padatan tersuspensinya sehingga kecerahan airnya berkurang keruh. Berbeda dengan waktu pengukuran kualitas air bulan April dan Juni yang menunjukan angka 42 cm dan 52,5 cm itu berarti kecerahan air pada 2 bulan tersebut tidak menga-lami kekeruhan. Dikarenakan pada bulan Maret ma-sih termasuk musim penghujan sedangkan pada bu-lan April dan Juni sudah memasuki musim kemarau. Hal ini sesuai dengan pendapat Effendi 2003 60 bahwa nilai kecerahan suatu perairan dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, padatan tersuspensi, serta ketelitian pada saat melakukan pengukuran. Hal ini berpengaruh terhadap populasi dari ikan Kakap putih Lates calcarifer Block terse-but. Menurut Barus 2002 61, bahwa nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8,5. Itu berarti bahwa ikan Kakap putih masih termasuk ikan yang dapat hidup dengan pH basa, karena ikan Kakap Putih Lates calcarifer Block merupakan ikan yang mempunyai toleransi yang cukup besar terhadap kadar garam euryhaline. Kadar oksigen terlarut yang normal pada suhu air 30o C di perairan adalah 7,0 mg/L. Hal ini menunjukan bahwa ikan Kakap Putih Lates calcarifer Block dapat hidup di perairan Terusan Dalam karena perairan tersebut berada pada kisaran nilai oksigen terlarut antara 5 sampai 7 mg/L. 4 KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di perairan Terusan Dalam, dapat dikesimpulkan 1. Pola pertumbuhan ikan Kakap putih L. calcarifer Block pada bulan Maret-Juni bersifat allometrik negatif. 2. Tingkat kematangan gonad TKG ikan Kakap putih L. calcarifer Block berdasarkan sampel di-kelompokkan menjadi TKG I, II, dan III dengan kisaran indeks kematangan gonad IKG antara 0,0012 % sampai 0,006 %. 3. Tidak ditemukan ikan Kakap putih L. calcarifer Block yang berkelamin betina. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan dilaku-kan penelitian selanjutnya mengenai reproduksi ikan Kakap Putih Lates calcarifer Block dalam jangka waktu 1 tahun pada bulan-bulan lainnya selain bu-lan Maret-Juni dan dengan ukuran ikan ≥ 50 cm Rasyid & Enggar/Aspek Reproduksi Ikan Kakap … JPS No. 1 Jan. 2016 18101-7 dan berat ≥ 2 kg serta pada tipe perairan yang lain atau dilaut sehingga didapatkan ikan berjenis kela-min betina dan dapat diketahui ukuran ikan pada saat pertama memijah. Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada 1 Kepala Balai Taman Nasional sembilang dan Kasi Tanah Pilih, atas ijin dan dukungan fasilitasnya, 2 Tim lapangan Sapta, Astrijaya, Dila dan Vita. REFERENSI _____________________________ [1] Balai Taman Nasional Sembilang & Departemen Kehutanan. 2008. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Nasional Sembilang Periode 2009 s/d 2028. Kabupaten Banyuasin. Sumatera Selatan ix + 128 hlm. [2] Barus, 2002. Pengantar Limnologi. Jurusan Biologi FMIPA USU. Medan iv + 163 hlm. [3] Blackweel, Brown & Willis. 2000. Relative weight Wr status and current use in fisheries assessment and management. Reviews in fisheries Science, 8 1-44 hlm. [4] Djamali, A 1998. Sumber Daya Benih Alam Komersial. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI vi + 160 hlm. [5] Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta iv + 249 hlm. [6] Effendie, 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor vii + 112 hlm. [7] Effendie, 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta xii + 157 hlm. [8] Febianto, S. 2007. Aspek Biologi Reproduksi Ikan Lidah Pasir Cynoglossus lingua Hamilton-Buchanan, 1822 di Perairan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Skripsi. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB v + 66 hlm. [9] Gaffar, Rupawan dan 2006. Riset Karakteristik Perikanan Tangkap di Estuaria Sungai Sembilang Kabupaten Banyuasin. Laporan Teknis BRPPU Palembang. [10] Ghufran, M K & Tamsil, A. 2010. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis. Andi publisher. Yogyakarta xiv + 190 hlm. [11] Hamzah, 2003. Studi Variasi Musiman Beberapa Parameter Oseanografi Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Kerang Mutiara Pinctada maxima di Perairan Teluk Kombal, Lombok Barat. Prosiding Seminar Ritek Kelautan Nasional. 2003. [12] Hoer, WS & Randall. 1969. Fish Physiology. Aca-demic Press Inc. New York. I 1-40. [13] Mayunar. 1994. Beberapa Tipe dan Teori Hermaprodit pada Ikan Laut. Jurnal Oseana Volume XIX No. 1. Sumber 21-31 hlm. [14] Ondara Z. Arifin, K. Goffar. 1987. Jenis-jenis Ikan Sungai Musi Sekitar Palembang Sumatera Selatan. Jurnal. Buletin Penelitian Perikanan Darat. 61 1-4. [15] Patriono, E & Aryani, L. 2007. Inventarisassi Jenis Ikan di Sungai Ogan Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional Forum Perairan Umum Indonesia IV. Jurusan Biologi FMIPA UNSRI. Indralaya. [16] Richter, 2007. Development and evaluation of standard weight equations for bridgelip sucker and largescale sucker. North American Journal of Fisheries Management, 27 936-939 hlm. ___________________ ... This is due to the swarming behavior patterns between male and female fish, environmental conditions and fishing [9]. According to Ridho and Patriono 2016 this condition showed that the tger fish it is possible that the tiger fish has the same pattern as white snapper fish L. calcarifer Block, there is a change in sex from male to female hermaphrodite protandri [11]. ...... According to Ridho and Patriono 2016 this condition showed that the tger fish it is possible that the tiger fish has the same pattern as white snapper fish L. calcarifer Block, there is a change in sex from male to female hermaphrodite protandri [11]. ...... Several researchers illustrated about the importance of LWR. Ridho & Patriono 2016 stated that fish growth patterns can be known by analyzing the LWR of fish, this relationship being able to explain the fish growth and environmental changes. Richter 2007 and Blackwell et al 2000 added that the measurement of fish's length and weight aims to find out the specific variations of fish's weight and length individually or in groups and physiological conditions including their gonad development. ...1410 Model and nature of growth of red snapper fish Lutjanus argentimaculatus Forsskål, 1775 fishing catch of bottom fish pots in Bunyu waters, Abstract. This study aims to inform about the trends of biological conditions models and nature of growth as actual data in the sustainable management of red snapper Lutjanus argentimaculatus resources in Bunyu waters. Model of growth used the von Bertalanffy's approach infinitive length estimation, growth coefficient, and estimated age at null theoretical length parameters and the nature of growth with the length-weight relationship LWR and condition factors approach. Total samples of red snapper were 42 20 males and 22 females. Red snapper is estimated to reach an infinitive length of cm with a growth coefficient of cm year-1 and a t0 value the estimated age of the fish The results of LWR analysis on the total length TL against the weight W resulted in W value of negative allometric, on the standard length SL with weight W resulting in b value of negative allometric, and at the fork length FL with the weight W produces a b value of negative allometric. The proportion of body shape of red snapper fish samples based on Kn values generally has a more flat/thin body. The percentage value of the condition factor which shows the proportion of flat/thin body shape in the TL-W relationship was for SL-W, and for FL-W. Sample fish with a fat proportion is TL-W, SL-W, and PL-W.Ikan kakap putih Lates calcarifer merupakan ikan dari kelompok keluarga Latidae yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan sangat diminati oleh masyarakat lokal maupun masyrakat luar negeri. Tahapan penelitian meliputi persiapan bak penetasan dan pemeliharaan larva, penebaran telur, manajemen pakan, manajemen kualitas air, monitoring dan pencegahan penyakit, monitoring pertumbuhan larva, grading, dan pemanenan. Untuk melakukan pengecekan kualitas air, hal yang harus dilakukan yaitu menyiapkan peralatan yang akan digunakan, mengukur parameter kualitas air, dan melakukan penyiponan dan pergantian air. Dalam pemberian pakan pemeliharaan larva, pakan yang digunakan berupa kuning telur, pakan cair LHF, dan pakan otohime pakan bubuk. Hasil dari data analisis kuantitatif yaitu, FR yang diperoleh adalah 80%, HR untuk bak 1 yaitu 57% dan HR bak 2 yaitu 65%, SR 43%, ukuran panjang 1,15-1,2 cm dan berat 0,0236-0,0427 Kg. Adapun hasil pengukuran kualitas air menunjukkan parameter yang berada pada kisaran optimal untuk pertumbuhan Island in the North Kalimantan province has abundant and economically valuable marine aquatic ecosystem resources, where Bunyu Island communities utilize the potential of marine aquatic ecosystems to be used as fishery potential in terms of fishing using bottom fish pots. Fishing catch is economically valuable in the form of red snapper and grouper fish found in the marine ecosystems of Bunyu Island. The research objective was to analyze the growth and size structure of the Red Snapper fish Lutjanus argentimaculatus and Grouper fish Epinephalus malabaricus originating from the waters of the island of Bunyu. Retrieval of data in the form of growth parameters are the total length and standard length, total weight, gender, gonad maturity level, and gonad weight. The results of the study of most snapper caught the length of 40,49-47,61 cm and a weight of 990, grams. While the results of the grouper study most caught were 43,73-50,13 cm in length and weights of 800, grams. The nature of growth of Red Snapper fish Lutjanus argentimaculatus are negative allometry. The condition index value is skinny of Red Snapper fish Lutjanus argentimaculatus. Grouper fish Epinephalus malabaricus of total length and total weight is positive allometry and on the standart and fork length with total weight is negative allometri. ABSTRAK Pulau Bunyu di Propinsi Kalimantan Utara memiliki sumberdaya hayati ekosistem perairan laut yang berlimpah dan bernilai ekonomis yang tinggi, dimana masyarakat pulau Bunyu memanfaatkan potensi ekosistem perairan laut digunakan sebagai potensi perikanan dalam hal penangkapan dengan menggunakan alat tangkap bubu dasar bottom fish pot. Hasil tangkapan yang bernilai ekonomis berupa ikan kakap merah dan ikan kerapu yang terdapat di perairan ekosistem laut pulau Bunyu. Tujuan penelitian adalah menganalisis pertumbuhan dan struktur ukuran ikan kakap merah Lutjanus argentimaculatus serta ikan kerapu lumpur Epinephalus malabaricus yang berasal dari perairan pulau Bunyu. Data yang diteliti berupa parameter pertumbuhan yaitu panjang total dan panjang standar, berat total, jenis kelamin, tingkat kematangan gonad, dan berat gonad. Hasil penelitian ikan kakap paling banyak tertangkap ukuran panjang 40,49-47,61 cm dan bobot 990, gram. Pada ikan kerapu lumpur dengan ukuran panjang 43,73-50,13 cm dan berat 800, gram. Sifat pertumbuhan pada ikan kakap merah adalah allometrik negatif. Nilai indeks kondisi berbentuk kurus pada sampel ikan kakap merah. Sifat pertumbuhan pada sampel ikan kerapu pada variabel panjang total dengan berat total bersifat allometrik positif dan pada variabel panjang standar dan panjang cagak dengan berat total bersifat allometrik negatif. Kata kunci faktor kondisi, hubungan panjang berat, ikan kakap, ikan kerapu Tracy RichterFisheries assessment tools originally created for use with game fish populations are now helping to assess individual nongame species and to evaluate fish communities. Length and weight measurements of individuals within a species can be summarized into condition indices that give insight into the health and condition of the individual and the aquatic community. Such data weight g and total length TL, mm were obtained for 105 populations of bridgelip suckers Catostomus columbianus and 135 populations of largescale suckers C. macrocheilus from three northwestern states. These data were used to develop standard weight Ws equations via the regression-line percentile RLP and empirical percentile EmP methods. Length constraints were 130–460 mm TL for bridgelip suckers and 170–640 mm TL for largescale suckers. The data set was limited by TL constraints and split into development and validation sets. The RLP method yielded the following Ws equations log10Ws = − + for bridgelip suckers and log10Ws = − + for largescale suckers. Equations based on the EmP method were log10Ws = − + for bridgelip suckers and log10Ws = − + for largescale suckers. For both species, the relative weights produced from RLP and EmP equations differed by less than 10%. However, differences were inconsistent over the length range, indicating a length-related bias. Based on this assessment, use of EmP Ws equations for bridgelip suckers and largescale suckers is recommended. Further, the EmP method should be used to establish new Ws Daya Benih Alam Komersial. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI vi + 160 hlmA DjamaliDjamali, A 1998. Sumber Daya Benih Alam Komersial. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI vi + 160 Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor vii + 112 hlmM I EffendieEffendie, 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor vii + 112 Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta xii + 157 hlmM I EffendieEffendie, 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta xii + 157 Biologi Reproduksi Ikan Lidah Pasir Cynoglossus lingua Hamilton-Buchanan, 1822 di Perairan Ujung PangkahS FebiantoFebianto, S. 2007. Aspek Biologi Reproduksi Ikan Lidah Pasir Cynoglossus lingua Hamilton-Buchanan, 1822 di Perairan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Skripsi. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB v + 66 Variasi Musiman Beberapa Parameter Oseanografi Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Kerang Mutiara Pinctada maxima di Perairan Teluk Kombal, Lombok Barat. Prosiding Seminar Ritek Kelautan NasionalM S HamzahHamzah, 2003. Studi Variasi Musiman Beberapa Parameter Oseanografi Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Kerang Mutiara Pinctada maxima di Perairan Teluk Kombal, Lombok Barat. Prosiding Seminar Ritek Kelautan Nasional. Tipe dan Teori Hermaprodit pada Ikan LautMayunarMayunar. 1994. Beberapa Tipe dan Teori Hermaprodit pada Ikan Laut. Jurnal Oseana Volume XIX No. 1. Sumber 21-31 Ikan Sungai Musi Sekitar Palembang Sumatera SelatanZ OndaraK ArifinGoffarOndara Z. Arifin, K. Goffar. 1987. Jenis-jenis Ikan Sungai Musi Sekitar Palembang Sumatera Selatan. Jurnal. Buletin Penelitian Perikanan Darat. 61 Jenis Ikan di Sungai Ogan Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional Forum Perairan Umum Indonesia IVE PatrionoL AryaniPatriono, E & Aryani, L. 2007. Inventarisassi Jenis Ikan di Sungai Ogan Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional Forum Perairan Umum Indonesia IV. Jurusan Biologi FMIPA UNSRI. Indralaya.

Bilamusim penghujan terlambat maka musim pemijahan ikan kakap putih juga akan terlambat. Pendederan dilakukan sebanyak dua kali yaitu pendederan I selama 2-3 bulan. Benih ikan kakap yang berumur 30-45 hari di pelihara di dalam kolam pendederan sampai menjadi gelondongan dengan ukuran 5-8 cm. Pendederan kedua dilakukan di dalam bak

kakap dan kerapu merupakan jenis hewan laut sering masyarakat Indonesia konsumsi. Seperti ayam, ikan-ikan ini tampaknya tidak pernah habis karena setiap hari selalu dijual di pasar dan terhidang di meja makan orang Indonesia. Namun sebuah studi terbaru mengkhawatirkan keberlangsungan ikan-ikan itu di Laut Jawa-Selat Makassar. Studi baru itu mengusulkan pembentukan kawasan perlindungan laut Marine Protected Area/MPA di wilayah Laut Jawa-Selat Makassar untuk mencegah penangkapan ikan kakap dan kerapu di wilayah tersebut. Para peneliti dalam studi ini menemukan bahwa sebagian besar spesies ikan kakap dan kerapu yang secara komersial ditangkap di perairan dangkal itu adalah ikan-ikan muda. Penangkapan ugal-ugalan ini mereka anggap akan membahayakan keberlanjutan populasi spesies dan perikanan kakap dan kerapu yang memiliki nilai sekitar 500 juta dolar AS. Perikanan kakap dan kerapu Indonesia, bersama-sama disebut "perikanan demersal lereng dalam", adalah salah satu perikanan paling berharga di negara ini. Perikanan ini mencakup lebih dari seratus spesies ikan, antara lain kakap putih Pristipomoides typus, kerapu areolat Epinephelus areolatus, dan satu spesies ikan kakap merah yang disebut kakap pelana Lutjanus malabaricus. Kakap dan kerapu dewasa hidup setidaknya 50 meter di bawah permukaan laut, dan terkadang ratusan meter, tergantung pada spesiesnya. Kehidupan di kedalaman ini membuat mereka dinamakan sebagai perikanan demersal lereng dalam. Yang menarik adalah ikan-ikan remaja dari spesies-spesies ini berperilaku berbeda dan cenderung berkumpul di laut yang lebih dangkal dibandingkan ikan-ikan dewasa. Misalnya, kakap pelana menghuni perairan dengan kedalaman kurang dari 10 meter saat mereka masih muda, dan berpindah ke perairan yang jauh lebih dalam, setidaknya 140 meter, saat dewasa. Baca Juga Fosil Ikan Purba Ditemukan, Bentuknya Mirip Hiu Bersirip Pari Manta Francois Libert via Flickr Ikan kerapu remaja. Melindungi ikan-ikan yang belum dewasa adalah kunci untuk menjaga kelestarian perikanan dalam jangka panjang. Menangkap ikan remaja sebelum dewasa tidak hanya menghilangkannya dari populasi, tetapi juga semua keturunannya di masa depan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan populasi dalam jangka panjang. Oleh karena itu, studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Conservation Science and Practice ini menyarankan bahwa penetapan kawasan perlindungan laut KPL dapat menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan pengelolaan perikanan demersal lereng dalam. Studi ini secara spesifik menyarankan wilayah Laut Jawa-Selat Makassar, tempat sebagian besar ikan-ikan remaja itu ditangkap, untuk jadi kawasan prioritas untuk dilindungi. Dalam studi ini, Elle Wibisono, Anggota Knauss Marine Policy di Senat AS, dan rekan-rekan penelitinya mengumpulkan data tentang spesies, jumlah, dan ukuran ikan yang ditangkap oleh para nelayan di 384 kapal di seluruh Indonesia. Studi ini ditempuh melalui kemitraan dengan The Nature Conservancy. Para kapten kapal diberikan sejumlah gaji bulanan sebagai imbalan atas partisipasi mereka dalam proyek tersebut. Dengan imbalan tertentu, para peneliti meminta nelayan untuk memotret setiap tangkapan ikan mereka di papan datar dengan skala pengukuran. Pelacak GPS juga dipasang di kapal-kapal mereka. Hal ini memungkinkan para peneliti untuk melacak berapa banyak ikan remaja yang belum dewasa ditangkap para nelayan dan di mana saja lokasi penangkapan tersebut. Dengan informasi ini, para peneliti kemudian mengidentifikasi beberapa "hotspot" penangkapan ikan yang belum dewasa. Mereka mendefinisikannya sebagai daerah dengan 75 persen tangkapan ikannya merupakan ikan yang masih muda. Salah satu hotspot yang mereka identifikasi itu adalah kawasan Laut Jawa-Selat Makassar. "Model-model itu menguatkan apa yang sudah kami duga," kata Wibisono sebagaimana dilansir Mongabay. Baca Juga Dianggap Punah 170 Tahun Lalu, Burung Pelanduk Kalimantan Muncul Lagi B10m via Flickr Penangkapan ikan di Laut Jawa. Laut Jawa-Selat Makassar merupakan perairan yang relatif dangkal sehingga disukai oleh ikan kakap dan kerapu remaja. Namun di sisi lain, selama ini daerah tersebut merupakan zona komersial dan penangkapan ikan yang penting. Pakar pengelolaan perikanan Abdul Halim, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan bahwa melindungi perikanan demersal lereng dalam melalui sistem KPL Indonesia merupakan ide yang menarik. Dia setuju bahwa pendekatan tersebut dapat membentuk sistem pemantauan untuk ukuran ikan yang ditangkap. Namun, menurutnya, hal itu bisa menjadi jalan yang sulit. “Tata kelola sumber daya alam di Indonesia agak unik, sumber daya alam yang hidup di lautan berada di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP. Tapi pengelolaan perikanan dan kawasan konservasi berada di bawah dua subdivisi yang berbeda,” jelasnya. Menjembatani kesenjangan antara dua bagian KKP ini dan merekonsiliasi peraturan pemerintah untuk mengelola daerah penangkapan ikan sebagai kawasan konservasi dapat menjadi tantangan birokrasi dan hukum yang berat. Baca Juga Nasib Kapal-Kapal Kuno yang Tenggelam di Jalur Rempah Nusantara Halim menyarankan opsi lain untuk mengurangi tekanan penangkapan ikan kakap dan kerapu muda di wilayah Laut Jawa-Selat Makassar, yakni dengan menerapkan musim tutup tahunan. Hal semacam ini, misalnya, pernah dilakukan pemerintah Indonesia untuk melindungi keberlangsungan tuna sirip kuning di Laut Banda. Pada tahun 2015, KKP telah memutuskan untuk menutup wilayah Laut Banda seluas kilometer persegi selama tiga bulan per tahun setelah mendapat laporan bahwa keberlangsungan tuna sirip kuning itu terancam. “Itu bisa menjadi model” untuk mengelola perikanan demersal lereng dalam, kata Halim, jika ditegakkan dengan baik. Mengingat tantangan potensial dalam menciptakan KPL untuk melindungi perikanan. “Melihat beberapa opsi lain, juga, sangat berharga untuk mengatasi masalah penangkapan ikan yang belum dewasa.” Joan Nova via Flickr Hidangan ikan kakap utuh di piring. Terlepas dari pilihan mana yang akhirnya dipilih oleh pemerintah Indonesia dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengelola perikanan kakap dan kerapu ini, tampaknya itu akan perlu waktu lama untuk dieksekusi. Jawaban untuk sementara, kata Wibisono, adalah mengedukasi para nelayan untuk bisa membedakan antara mana ikan kakap dan kerapu yang masih mudah dan sudah dewasa. Selain itu, Wibisono dan rekan-rekan penelitinya juga menyerukan perubahan dalam perilaku konsumen. Mereka mencatat bahwa keinginan konsumen untuk terus menyantap semua bagian tubuh ikan kakap secara utuh di piring adalah pendorong penangkapan atas ikan-ikan remaja tersebut. “Sebagian besar ikan ditangkap ketika mereka masih remaja agar mereka secara utuh muat di piring,” kata Wibisono. “Sebagian besar dorongan untuk menangkap spesies ikan ini didasarkan pada preferensi konsumen," ujarnya. Baca Juga Satu Tahun GRID STORE Tersedia Layanan Pelanggan Majalah-el Berdiskon PROMOTED CONTENT Video Pilihan Buidadayaikan kakap putih. Ikan kakap putih akan memijah di laut yang dalam setelah mujim hujan (sekitar bulan April) sampai sebelum musim hujan (sekitar bulan Oktober). Pemijahan kakap putih di alam terjadi saat bulan purnama (bulan terang) hingga 6 hari berikutnya, ketika air mulai surut yaitu pada pukul malam hari. .
  • k4lfl28c4m.pages.dev/248
  • k4lfl28c4m.pages.dev/124
  • k4lfl28c4m.pages.dev/215
  • k4lfl28c4m.pages.dev/151
  • k4lfl28c4m.pages.dev/151
  • k4lfl28c4m.pages.dev/399
  • k4lfl28c4m.pages.dev/179
  • k4lfl28c4m.pages.dev/361
  • k4lfl28c4m.pages.dev/272
  • bulan musim ikan kakap putih